Tuesday, November 12, 2013

Dia merusak senjaku, aku tak suka DIA



Siang itu dia datang dengan wajah penuh amarah sambil mengungkapkan semuanya di depan orang banyak, keluargaku di rumah tanteku. Semua yg tak ingin ku dengar, semua yang tak aku harapkan. Kemudian dia berlalu tanpa pamit dan meninggalkan keheningan di tempat itu.

Aku kira permasalahan itu berakhir begitu saja. Ternyata itu semua berlanjut..

Amarahnya memecah keheningan rumah pada senja itu, di susul dengan hujan. Aku dan kakaku dipanggilnya ke ruang tamu, lalu kakaku hanya tertunduk dengan tatapan kosong. Dan aku mentapa ke kaca dengan mataku yang berkaca-kaca, semakin lama semakin menetes tanpa ku sadari sudah membasahi pipi dan bajuku. Tangisku tak membuat amarahnya berhenti, tak membuat bibirnya terdiam, semuanya semakin-makin membuat tangisku deras dan sesegukan di antara tetesan air mataku. Ingin rasanya aku berteriak ‘DIAM’ sambil menutup telingaku untuk menghentikan semuanya, tapi aku tak bisa. Hanya air mata yg bisa ku teteskan begitu derasnya di senja itu.
Aku dan kakaku di tarik keras olehnya, hingga tersungkur di depan ibuku di kamar. Dia bilang ‘tanya pada ibu mu @#$%^&*())*&^&^$^#’ aaahhh air mataku semakin deras tak kunjung berenti. Aku semakin tak kuasa melihat wajah malaikatku, ibu.

Ini bukan kali pertama, dan aku tak tahu kapan ini semua berakhir. Aku hampir tak pernah akur dengannya. Ini lah salah satu alasanku membencinya. Aku kira ini hal yang tak pernah diharapkan pada semua keluarga. Keluarga dan rumah itu tak lagi hangat sejak beberapa tahun lalu. Aku tak suka DIA

Aku kehilangan senjaku yang seharusnya hangat dengan warna merahnya, ah Aku tak suka DIA merubah senjaku.

No comments:

Post a Comment